Kini, Haruskah aku menghilang untuk membuat mu menyadari bahwa Dulu, Sesungguhnya aku pernah ada? # Rainbow after rain.
“tok tok tok”.
“Masuk” Kata Steven tanpa mengalihkan tatapan dari berkas – berkas yang ada di hadapannya.
“Pak, Ini berkas yang bapak minta tadi” kata Nandita, sekretaris steven sambil menyodorkan map berwarna kuning. Mau tak mau steven menoleh.
“Ya sudah. Kamu boleh keluar” balas Steven kembali mengalihkan tatapannya kearah berkas – berkas yang ada di hadapannya.
“Maaf pak, Saya hanya mengingatkan kalau nanti siang bapak ada janji dengan client kita pukul satu nanti”.
“Oh iya. Hampir saja saya lupa” Kata Steven sambil menepuk jidatnya sendiri.
“Kalau begitu saya permisi pak” Pamit sang sekretaris. Steven hanya membalas dengan anggukan.
Begitu pintu tertutup tangan Steven terangkat memijit – mijit kepalanya yang terasa sedikit pusing. Begitu banyak kerjaan yang menumpuk yang harus ia pikirkan. Membuatnya sering lupa akan hal – hal lainya. Lagi pula kepalanya juga pusing karena kemaren ia sempat hujan – hujanan.
Seolah baru menyadari sesuatu, Steven melirik jam yang melingkar di tangannya. Pukul sebelas lewat seperempat. Ataga, benar saja. Semalam kan ia sempat terkena gerimis, makanya kepalanya terasa sedikit pusing. Lantas bagaimana dengan naira, bukannya gadis itu justru malah kehujanan. Tanpa pikir panjang segera di raihnya hape yang tergeletak di meja, menekan tombol nomor satu yang entah sejak kapan menjadi tombol panggilan cepat untuk Naira.
Panggilan pertama, kedua dan ketiga masih belum mendapatkan jawaban. Membuat Steven merasa cemas. Pikirannya langsung bergerliya menebak hal – hal buruk yang munkin menimpa gadis itu. Namun saat mendengar nada tunggu terhenti sebagai tanda panggilannya terangkat ia merasa sedikit lega.
“Halo”.
“Halo, Naira?” tanya Steven memastikan. Tiba – tiba rasa cemas kembali melandanya saat mendengar suara lirih dan serak dari seberang.
“Naira kau baik – baik saja kan?” Tanya Steven lagi. Untuk sejenak suasana hening, Samapi kemudian.
“Prang” terdengar suara pecahan gelas atau benda kaca apa pun itu. Dan belum sempat Steven menanyakannya pangilan telfonnya sudah keburu terputus.
“Halo. Naira.... Naira....”.
Dengan cepat steven kembali menekan tombol yang sama. Namun hasilnya nihil. Hanya terdengar suara operator yang membalas pangilannya. Tanpa banyak pikir Steven segera beranjak. Mengabaikan semua berkas file yang masih harus ia periksa karena rasa cemas sudah terlebih dahulu memenuhi benaknya. Segera di sambarnya kunci mobil yang tegeletak di meja. Setengah berlari ia menuju ke parkiran. Menuju tujuan yang jelas, Kediaman Naira.
Credit Gambar : Star Night
Rainbow After Rain 07
Begitu menutup pintu rumah Naira segera berlalu menuju kekamar. Ia benar – benar butuh mencapai ranjang saat ini juga. Bahkan ia tak sempat memastikan apakah Steven sudah benar – benar pergi atau belum. Begitu selesai menganti baju basahnya dengan pakaian kering, Naira segera merebahkan diri. Sembunyi di balik selimut. Tubuhnya menggigil kedinginan , sementara nafas terasa sesak, ditambah kepalanya yang juga terasa cukup berat. Dan yang lebih parah tiada seorang pun yang ada di sampingnya.
Keesokan harinya bukannya malah membaik keadaan Naira justru malah memburuk. Ia sadar dengan sangat kalau sesungguhnya tubuhnya benar – benar lemah terhadap hujan. Dan saat ini ia juga membutuhkan dokter, minimal obat pereda rasa sakit. Namun apa daya bahkan ia sama sekali tak mampu untuk beranjak bangun dari tempat tidurnya.
Berusaha menguatkan diri Naira mencoba beranjak bangun. Tubuhnya makin terasa tak bertenaga. Wajar saja si, jam didinding sudah menujukan hampir pukul dua belas siang tapi perutnya sama sekali belum di isi sejak kemaren terakhir makan bersama Steven. Tapi kali ini tengorokannya benar – benar terasa kering. Makanya ia memaksakan diri untuk meraih air diatas meja.
Tepat saat ia meneguk air, terdengar suara deringan hape yang ia tinggalkan tergeletak diranjang. Secara acak Naira kembali melangkah menghampiri dengan gelas yang tetap berada di tangan karena deringan kembali terdengar saat pangilan pertama dan kedua di acuhkan. Sepertinya itu benar – benar panggilan penting. Munkin juga mama yang menelponnya dari paris.
Sambil memejamkan mata karena saat melihat kesekaliling dunia terasa berputar dan membuatnya semakin merasa pusing Naira Mengangkat pangilan itu. Bahkan ia sama sekali tidak berniat untuk melihat siapa id callernya.
“Halo” Kata naira lirih.
“Halo, Naira?” .
Terdengar balasan dari seberang. Walau keadaannya masih buruk tapi naira masih bisa mengenali suara kalau itu suara Steven.
“Naira kau baik – baik saja kan?” Tanya Steven lagi. Untuk sejenak suasana hening, Samapi kemudian.
“Prang”.
Gelas yang sedari tadi Naira pegang di tangan sontak terlepas. Kali ini Ia benar – benar merasa kalau dunia nya berputar terlalu cepat. Kesadarannya semakin menghilang. Hal terakhir yang ia rasakan adalah tubuhnya yang secara berlahan merosot turun sebelum kemudian terbaring tak sadarkan diri dengan pecahan gelas yang berada tak jauh di dekatnya.
Rainbow After Rain 07
Seperti orang yang kesetanan Steven mengendari mobilnya dengan kecepatan penuh. Pikirannya terpusat pada kondisi Naira seutuhnya. Kali ini ia benar – benar mencemaskan gadis itu. Ia bisa merasakan firasat buruk yang tiba – tiba melanda. Begitu matanya melihat rumah Naira tanpa kata segera ia belokan arah mobil.
“Naira” panggil Steven sambil mengetuk pintu rumahnya. Tapi setelah beberapa saat menunggu pintu itu tetap tertutup. Suasana rumah juga terlihat sepi seperti tiada kehidupan di dalamnya. Membuatnya semakin merasa cemas, ditambah kenyataan Naira sama sekali tidak mengangkat panggilannya.
Berpikir untuk langsung mendobrak atau mungkin masuk melalui jendela, tangan Steven tak sengaja memutar ganggang pintu.
“Ceklek”
“He?” Steven terpaku untuk sejenak. “Tidak di kunci?” pikirnya lagi.
Walau masih sedikit ragu dengan berlahan tapi pasti Steven melangkah masu kedalam rumah. Menatap kesekeliling sambil mulutnya terbuka meneriakan sebuah nama.
“Naia?” Panggil Steven kembali. Pertama ia menuju kearah ruang tengah, tapi nihil. Saat melangkah kedapur ia juga tidak menemukan siapa – siapa. Namun saat matanya mendapati pintu kamar yang diduga kamar Naira dengan berlahan dihampiri.
“tok tok tok” Tangannya terangkat mengetuk pintu.
“Naira, kau di dalam kah?” tanya Steven mencoba memastikan. Masih sunyi tidak ada jawaban.
“Naira” Ulang steven lagi. Dengan ragu – ragu tangannya memutar handel pintu di hadapannya. Lagi – lagi tidak di kunci. Apa memang gadis itu seceroboh itu?. Pikirnya lagi.
Berniat hanya untuk melongok kedalam, memastikan keberadaan Naira. Steven malah langsung berlari masuk kedalam. Asli shock saat mendapati Gadis itu yang terbaring tak sadarkan diri di lantai dengan beberapa pecahan gelas di sampingnnya.
“Ya tuhan. Naira....”
To be Continue…….