Apa yang kita butuhkan belum tentu yang kita inginkan...
Apa yang kita inginkan belum tentu kita dapatkan...
Tapi percayalah bahwa apa yang kita dapatkan adalah yang kita butuhkan
#Rainbow after rain.
PS: Oh ya, sekedar info ya. Cerpen rainbow after rain ini adalah lanjutan dari cerpen sedih Life must go on yang di post di blog Remaja Xsis. So kalau kalian mau tau bisa langsung baca ke TKP.
Oke, Happy reading...
Apa yang kita inginkan belum tentu kita dapatkan...
Tapi percayalah bahwa apa yang kita dapatkan adalah yang kita butuhkan
#Rainbow after rain.
PS: Oh ya, sekedar info ya. Cerpen rainbow after rain ini adalah lanjutan dari cerpen sedih Life must go on yang di post di blog Remaja Xsis. So kalau kalian mau tau bisa langsung baca ke TKP.
Oke, Happy reading...
Credit Gambar : Ana Merya
“Hufh,,,,...” Untuk kesekian kalinya Steven menghembuskan nafas berat. Dadanya terasa berdenyut nyeri. Apa yang Naira ucapakan kemaren kembali terulang di kepalanya.
Astaga, apa yang harus ia lakukan?. Ia sama sekali tidak bisa membayangkan reaksi gadis itu kalau sampai ia tau bahwa jantung yang kini berdetak dalam dirinya adalah jantung yang sama yang pernah di miliki oleh kakaknya?. Orang yang paling ia sayangi?. Seseorang yang kematiannya tidak pernah ia inginkan dalam hidup?.
“Kenapa semuanya jadi seperti ini?” Gumam Steven lirih.
Sekilas kejadian beberapa tahun yang silam. Saat ia masih SMA dulu. Tentang seorang malaikat penyelamatnya. Nadira, yang ia ketahui namanya justru setelah ia tiada.
“Tok tok tok”.
“Masuk” Sahut Steven tanpa menoleh.
Terdengar suara mendekat. Steven masih terdiam sambil matanya beralih kearah map – map yang berserakan di atas meja. Tangannya tergerak asal membuka satu – persatu file yang ada di hadapannya.
Merasa aneh karena suasana masih hening. Bukankah biasanya sekertarisnya langsung menyerocos tentang file file yang harus ia tanda tangani?. Dengan santai akhirnya Steven menoleh.
Mulutnya terbuka tanpa suara, Kaget saat mendapati sosok yang kini berada di hadapannya. Tidak, kemunculan sekretarisnya tidak akan mampu membuatnya merasa sekaget ini.
“Stela” Walau berat akhirnya satu kata itu berhasil melewati tenggorokannya.
Masih hening tanpa ada jawaban. Hanya saja sebuah senyuman tampak menghiasi bibir gadis yang ada di hadapannya sambil mengangguk membenarkan.
“Keberatan tidak jika harus menemaniku makan siang?. Perutku lapar”.
Kali ini Gantian kepala steven yang mengangguk membenarkan.
“Bagaimana kabarmu sekarang?” Stela terlebih dahulu membuka pembicaraan saat keduanya masih terdiam padahal makan siang yang mereka pesan kini sudah terhidang dihadapan mereka.
“Baik” Sahut Steven menjaga suaranya untuk tetap terdengar santai.
“Bagaimana dengan mu?” Steven balik bertanya sambil mengaduk – aduk jus yang ada di hadapannya.
“Kau ingin aku menjawab apa?”.
Steven menoleh. Menghentikan aktifitasnya.
“Aku baik – baik saja. Setidaknya lebih baik dari sebelumnya” Stela meralat ucapannya saat menlihat reaksi Steven.
“Kau yakin kau baik – baik saja?” Stela kembali buka bicara.
“Tentu saja” Lirih steven.
“Tapi kenapa wajahmu terlihat kusut begitu?”.
“Bagaimana dengan perjodohanmu?” Tembak Steven langsung tanpa memperdulikan pertanyaan Stela barusan.
“Tidak buruk” Balas Stela sambil mengendikan bahu.
“Apa itu artinya kau menerimanya?” tanya Steven lagi.
Stela tidak langsung menjawab. Sebuah senyum sinis terukir di bibirnya.
“Apa menurutmu setelah apa yang terjadi aku akan menolaknya?”.
“Tidak bisakan kau hanya menjawab pertanyaanku tanpa balik melontarkan pertanyaan?”.
Stela kembali menghela nafas. Menatap lurus kearah Steven yang kini juga sedang menatap tajam kearahnya.
“Ya. Aku menerimanya”.
Hening. Suasana kembali hening.
“Syukurlah”...
“Apa?” Tanya Stela tidak yakin akan apa yang baru saja di dengarnya.
“Syukurlah. Karena Andre adalah orang yang baik. Dia adalah orang yang bertanggung jawab. Dan dia....... Menyukaimu” Balas Steven sambil mengalihakan pandangannya. “Sejak lama” Sambungnya lagi.
“Aku tau” Balas Stela tak kalah lirih. Tangannya terkepal erat. Tidak bisa di pungkiri hatinya sakit mendengar kalimat barusan walau sebenarnya ia sudah memperdiksikan hal itu sebelumnya. Namun tetap saja ini menyakitkan. Bagaimana bisa orang yang kau sukai justru malah menyerahkanmu pada orang lain?. Benar – benar kejam.
Suasana kembali hening. Masing – masing sibuk dengan pikirannya masing – masing.
“Ehem.... Kau bilang tadi lapar. Ayo kita mulai makan” Ajak Steven mencoba untuk mencairkan suasana. Stela mengangguk membenarkan. Dengan berlahan tangannya meraih makanan yang memang sudah terhidang di hadapannya. Kemudian menikmatinya dalam diam.
“Drrrtt... Just don't give up
I'm workin' it out
Please don't give in
I won't let you down
It messed me up, need a second to breathe
Just keep coming around Hey,
whataya want from me
Whataya want from me
Lirik lagu whataya want from me miliknya adam lambert mengusik keduanya. Dengan terburu – buru Steven mengelurakan benda elektronik dari dalam Saku nya. Keningnya sedikit berkerut saat membaca id caller yang tertera. Setelah nada berhenti ia terdiam sesaat sebelum kemudian tangannya tergerak menekan tombol merah. Membuat cahaya di layar makin redup sampai kemudian benar – benar menghilang.
Walau bingung juga penasaran Stela tidak berkata apa pun menyaksikan apa yang di lakukan Steven di hadapannya. Sementara Steven sendiri juga bingung apa yang baru saja di lakukannya benar atau salah. Entahlah, begitu banyak yang harus di fikirkannya sehingga membuat otaknya terlihat sedikit tumpul untuk saat ini. Yang ia tau ia tidak ingin memikirkan atau pun menambah masalahnya kali ini. Ya, ia hanya ingin menundanya. Tidak salah bukan?
Setelah membereskan semua buku – bukunya Naira bangkit berdiri. Sejenak ia edarkan pandangan kesekeliling. Seperti biasa, masing – masing sibuk bergerombol ataupun berpasangan dan hanya dirinya yang sendirian. Tanpa sadar sebuah senyum terukir di bibirnya. Entahlah, ia juga tidak tau senyum itu ia tujukan untuk siapa.
Begitu sampai di pelataran kampus Naira kembali melirik jam yang melingkar di tangannya. Pukul 11:30 Siang. Tumben jam segini ia sudah keluar. Hufh, ini pasti karena dosen ‘sastra’ dengan seenak jidatnya tidak masuk.
Sambil melangkah Naira mengedarkan pandangan ke sekeliling. Berharap menemukan sosok seorang yang selama ini sering mengajaknya makan siang bareng atau pun hanya sekedar menghabiskan waktu untuk jalan – jalan tidak jelas.
Merasa tidak mungkin menemukan sosok yang ia cari, Naira mengeluarkan Handphon dari dalam tasnya. Merasa ragu sejenak akhirnya dimantapkan hatinya untuk menekan tombol hijau pada id caller “Steven”. Terdengar nada sambung dari seberang. Sambil menunggu di angkat Naira melangkah menuju kearah bawah pohon beringin yang tumbuh di halaman. Sekedar menghindari terik panas matahari yang melanda.
Begitu nada tunggu terhenti Naira melirik hanphondnya. Tumben tidak di angkat. Apa terjadi sesuatu mengingat terakhir kali mereka bertemu setelah ia keluar dari rumah sakit kemaren sikap Steven memang terlihat aneh. Ia lebih banyak diam dari pada bicaranya.
Namun mencoba untuk tetap berfikir positif Naira kembali menekan tombol hijau. Setelah menunggu beberapa saat justru malah layanan operator ya ia tangkap. Membuatnya makin bingung.
“Kok jadi mati?” gumamnya lirih.
Merasa tidak akan mendapatkan jawaban dari sebatang pohon beringin (???) Naira memutuskan untuk berjalan kearah halte bus. Membatalkan niatnya untuk mengajak Steven makan siang bareng. Sepertinya hari ini ia makan di rumah saja. Telur dadar berserta tumis kankung sepertinya masih bisa ia kerjakan.
Oke deh, segitu dulu. Mianhe, Terpaksa "To Be Continue" dulu. Secara "Waktu luang "ku udah abis. Kapan - kapan di lanjutin lagi ya Cerpen cinta Rainbow after rainnya. Moga aja kalian gak kesel karena harus menunggu lagi.
Astaga, apa yang harus ia lakukan?. Ia sama sekali tidak bisa membayangkan reaksi gadis itu kalau sampai ia tau bahwa jantung yang kini berdetak dalam dirinya adalah jantung yang sama yang pernah di miliki oleh kakaknya?. Orang yang paling ia sayangi?. Seseorang yang kematiannya tidak pernah ia inginkan dalam hidup?.
“Kenapa semuanya jadi seperti ini?” Gumam Steven lirih.
Sekilas kejadian beberapa tahun yang silam. Saat ia masih SMA dulu. Tentang seorang malaikat penyelamatnya. Nadira, yang ia ketahui namanya justru setelah ia tiada.
“Tok tok tok”.
“Masuk” Sahut Steven tanpa menoleh.
Terdengar suara mendekat. Steven masih terdiam sambil matanya beralih kearah map – map yang berserakan di atas meja. Tangannya tergerak asal membuka satu – persatu file yang ada di hadapannya.
Merasa aneh karena suasana masih hening. Bukankah biasanya sekertarisnya langsung menyerocos tentang file file yang harus ia tanda tangani?. Dengan santai akhirnya Steven menoleh.
Mulutnya terbuka tanpa suara, Kaget saat mendapati sosok yang kini berada di hadapannya. Tidak, kemunculan sekretarisnya tidak akan mampu membuatnya merasa sekaget ini.
“Stela” Walau berat akhirnya satu kata itu berhasil melewati tenggorokannya.
Masih hening tanpa ada jawaban. Hanya saja sebuah senyuman tampak menghiasi bibir gadis yang ada di hadapannya sambil mengangguk membenarkan.
“Keberatan tidak jika harus menemaniku makan siang?. Perutku lapar”.
Kali ini Gantian kepala steven yang mengangguk membenarkan.
Cerpen Cinta Rainbow after Rain ~ 10
“Bagaimana kabarmu sekarang?” Stela terlebih dahulu membuka pembicaraan saat keduanya masih terdiam padahal makan siang yang mereka pesan kini sudah terhidang dihadapan mereka.
“Baik” Sahut Steven menjaga suaranya untuk tetap terdengar santai.
“Bagaimana dengan mu?” Steven balik bertanya sambil mengaduk – aduk jus yang ada di hadapannya.
“Kau ingin aku menjawab apa?”.
Steven menoleh. Menghentikan aktifitasnya.
“Aku baik – baik saja. Setidaknya lebih baik dari sebelumnya” Stela meralat ucapannya saat menlihat reaksi Steven.
“Kau yakin kau baik – baik saja?” Stela kembali buka bicara.
“Tentu saja” Lirih steven.
“Tapi kenapa wajahmu terlihat kusut begitu?”.
“Bagaimana dengan perjodohanmu?” Tembak Steven langsung tanpa memperdulikan pertanyaan Stela barusan.
“Tidak buruk” Balas Stela sambil mengendikan bahu.
“Apa itu artinya kau menerimanya?” tanya Steven lagi.
Stela tidak langsung menjawab. Sebuah senyum sinis terukir di bibirnya.
“Apa menurutmu setelah apa yang terjadi aku akan menolaknya?”.
“Tidak bisakan kau hanya menjawab pertanyaanku tanpa balik melontarkan pertanyaan?”.
Stela kembali menghela nafas. Menatap lurus kearah Steven yang kini juga sedang menatap tajam kearahnya.
“Ya. Aku menerimanya”.
Hening. Suasana kembali hening.
“Syukurlah”...
“Apa?” Tanya Stela tidak yakin akan apa yang baru saja di dengarnya.
“Syukurlah. Karena Andre adalah orang yang baik. Dia adalah orang yang bertanggung jawab. Dan dia....... Menyukaimu” Balas Steven sambil mengalihakan pandangannya. “Sejak lama” Sambungnya lagi.
“Aku tau” Balas Stela tak kalah lirih. Tangannya terkepal erat. Tidak bisa di pungkiri hatinya sakit mendengar kalimat barusan walau sebenarnya ia sudah memperdiksikan hal itu sebelumnya. Namun tetap saja ini menyakitkan. Bagaimana bisa orang yang kau sukai justru malah menyerahkanmu pada orang lain?. Benar – benar kejam.
Suasana kembali hening. Masing – masing sibuk dengan pikirannya masing – masing.
“Ehem.... Kau bilang tadi lapar. Ayo kita mulai makan” Ajak Steven mencoba untuk mencairkan suasana. Stela mengangguk membenarkan. Dengan berlahan tangannya meraih makanan yang memang sudah terhidang di hadapannya. Kemudian menikmatinya dalam diam.
“Drrrtt... Just don't give up
I'm workin' it out
Please don't give in
I won't let you down
It messed me up, need a second to breathe
Just keep coming around Hey,
whataya want from me
Whataya want from me
Lirik lagu whataya want from me miliknya adam lambert mengusik keduanya. Dengan terburu – buru Steven mengelurakan benda elektronik dari dalam Saku nya. Keningnya sedikit berkerut saat membaca id caller yang tertera. Setelah nada berhenti ia terdiam sesaat sebelum kemudian tangannya tergerak menekan tombol merah. Membuat cahaya di layar makin redup sampai kemudian benar – benar menghilang.
Walau bingung juga penasaran Stela tidak berkata apa pun menyaksikan apa yang di lakukan Steven di hadapannya. Sementara Steven sendiri juga bingung apa yang baru saja di lakukannya benar atau salah. Entahlah, begitu banyak yang harus di fikirkannya sehingga membuat otaknya terlihat sedikit tumpul untuk saat ini. Yang ia tau ia tidak ingin memikirkan atau pun menambah masalahnya kali ini. Ya, ia hanya ingin menundanya. Tidak salah bukan?
Cerpen Cinta Rainbow after Rain ~ 10
Setelah membereskan semua buku – bukunya Naira bangkit berdiri. Sejenak ia edarkan pandangan kesekeliling. Seperti biasa, masing – masing sibuk bergerombol ataupun berpasangan dan hanya dirinya yang sendirian. Tanpa sadar sebuah senyum terukir di bibirnya. Entahlah, ia juga tidak tau senyum itu ia tujukan untuk siapa.
Begitu sampai di pelataran kampus Naira kembali melirik jam yang melingkar di tangannya. Pukul 11:30 Siang. Tumben jam segini ia sudah keluar. Hufh, ini pasti karena dosen ‘sastra’ dengan seenak jidatnya tidak masuk.
Sambil melangkah Naira mengedarkan pandangan ke sekeliling. Berharap menemukan sosok seorang yang selama ini sering mengajaknya makan siang bareng atau pun hanya sekedar menghabiskan waktu untuk jalan – jalan tidak jelas.
Merasa tidak mungkin menemukan sosok yang ia cari, Naira mengeluarkan Handphon dari dalam tasnya. Merasa ragu sejenak akhirnya dimantapkan hatinya untuk menekan tombol hijau pada id caller “Steven”. Terdengar nada sambung dari seberang. Sambil menunggu di angkat Naira melangkah menuju kearah bawah pohon beringin yang tumbuh di halaman. Sekedar menghindari terik panas matahari yang melanda.
Begitu nada tunggu terhenti Naira melirik hanphondnya. Tumben tidak di angkat. Apa terjadi sesuatu mengingat terakhir kali mereka bertemu setelah ia keluar dari rumah sakit kemaren sikap Steven memang terlihat aneh. Ia lebih banyak diam dari pada bicaranya.
Namun mencoba untuk tetap berfikir positif Naira kembali menekan tombol hijau. Setelah menunggu beberapa saat justru malah layanan operator ya ia tangkap. Membuatnya makin bingung.
“Kok jadi mati?” gumamnya lirih.
Merasa tidak akan mendapatkan jawaban dari sebatang pohon beringin (???) Naira memutuskan untuk berjalan kearah halte bus. Membatalkan niatnya untuk mengajak Steven makan siang bareng. Sepertinya hari ini ia makan di rumah saja. Telur dadar berserta tumis kankung sepertinya masih bisa ia kerjakan.
Oke deh, segitu dulu. Mianhe, Terpaksa "To Be Continue" dulu. Secara "Waktu luang "ku udah abis. Kapan - kapan di lanjutin lagi ya Cerpen cinta Rainbow after rainnya. Moga aja kalian gak kesel karena harus menunggu lagi.